Oleh Hadi Putranto
Gresik, 7 Desember 2020
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Saya adalah salah satu penyintas covid-19 dan ini adalah kisah saya, dari awal terpapar covid-19 sampai benar² sehat kembali. Saat tulisan ini saya buat, saya sedang menantikan diterbitkannya surat keterangan bebas covid-19 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kab. Gresik yang diurus oleh pihak Puskesmas. Semoga tulisan saya ini bermanfaat.
Bismillaahir-rohmaanir-rohiim..
Pada awalnya, gejala yang saya rasakan adalah panas tinggi hampir mendekati 39⁰C, mual, perut perih, kembung & juga perut beRumah Sakituara sangat bising/berisik. Setelah beberapa hari berusaha mengobati sendiri tidak sembuh, saya diantar berobat ke klinik BPJS. Kata dokter saya kena typhus, kemudian diberi obat untuk typhus. Ternyata sampai obat habis tidak juga membaik, gejala yang saya alami tersebut tidak juga berkurang.
Karena sudah tidak kuat lagi, saya kembali diantar ke klinik BPJS dengan maksud minta rujukan untuk rawat inap ke RUMAH SAKIT yang terdekat dengan rumah saya. Seblm diberi rujukan, diminta ke laboratoriun klinik untuk dilakukan penge-check-an darah lengkap. Dari hasil lab, dokter masih tetap menyatakan bahwa saya sakit typhus, yang kemudian oleh dokter tersebut saya diberi rujukan ke RUMAH SAKIT yang terdekat dari rumah saya.
Setibanya di RUMAH SAKIT, sesuai prosedur maka saya hRumah Sakit menjalani rapid test dulu. Ternyata hasilnya reaktif, sehingga pihak RUMAH SAKIT menolak untuk merawat karena dikuatirkan saya kena Covid-19. Saya diminta test PCR (swab) dulu, apabila negatif bisa kembali lagi ke RUMAH SAKIT tersebut. Dalam perjalanan pulang ke rumah (kira² jam 14.00) saya menghubungi pihak yang melayani swab mandiri, yang kemudian dijadwalkan keesokan harinya karena layanan swab hanya sampai jam 12.00 saja.
Keesokan harinya saya manjalani swab mandiri, yang kemudian sehari berikutnya baru akan didapat hasilnya. Dalam hati saya bertanya², masa iya saya terinfeksi covid-19, gak mungkin lah, karena saya tidak mengalami gejala atau tanda² terpapar virus covid, a.l.: hilang indra penciuman, hilang indra pengecap, batuk, dll. Sampai saat itu gejala yang saya alami masih tetap panas tinggi, mual, perih & kembung.
Hari berikutnya di informasikan via WA bahwa dari hasil swab ternyata memang saya positif terpapar covid-19. Setelah mengambil hasil swab saya langsung diantar ke RUMAH SAKITUD Ibnu Sina Gresik yang ada fasilitas untuk penanganan khusus bagi pasien covid-19. Sekitar jam 17.00 saya baru mendapatkan kamar untuk menjalani perawatan di ruang isolasi khusus untuk pasien covid-19.
Lalu kapan saya terinfeksi virus yang menjadi momok dunia ini, kisah tertular covid?
Dari analisa hasil pengechekan darah lengkap, diperkirakan saya terinfeksi di akhir Oktober 2020 yaitu saat libur panjang. Memang saat libur panjang tersebut saya tidak pergi jauh, hanya pergi seharian ber-4 dengan istri & 2 anak saya ke Sby, untuk :
- Service mobil selama 3 jam, kami menunggu di ruang tunggu ber-AC yang tidak terlalu besar namun nyaman. Kira² ada 15 orang tmsk kami ada disitu, dengan tempat duduk yang sesuai pro-kes (berjarak)
- Setelah itu makan di rumah makan yang semi terbuka (dindingnya ½ saja), tamu rumah makan agak sepi.
- Selesai makan kami belanja di Lottemart, pengunjung tidak terlalu ramai.
- Setelah itu kami ke mall & sholat maghrib di masjid mall, meskipun jamaah penuh tapi tetap sesuai pro-kes.
Jadi kesimpulannya kemungkinan besar saya terinfeksi pada saat kami di dalam ruang tunggu sewaktu service mobil, ruangannya tertutup dan dalam waktu yang lama.. wallahu a'lam bishowab.
Kisah penderita covid yang sembuh. Mulai awal dirawat di ruang isolasi RUMAH SAKITUD, saya diberi obat telan (Vit C dosis tinggi, Vit E, anti virus) & obat yang disuntikkan lewat selang infus (antibiotik, turun panas, dan lain²). Selain obat dari RUMAH SAKIT, (sesuai anjuran dari 2 orang sahabat saya yang telah survive dari covid-19) saya juga mengkonsumsi:
- Cairan Pro-biotik, untuk menambah/menaikkan immune.
- Capsul herbal produk China (silakan japri kalau ingin tahu namanya), diminum 3×4 capsul per-hari dengan interval 2 jam setlh menelan obat dari RUMAH SAKIT.
- Selain mengkonsumsi pro-biotik & herbal tersebut, saya juga minum:
- Empon² (jahe, kunyit, serai, yang diseduh dengan air mendidih), diminum dalam kondisi hangat agak panas sesering mungkin.
- Madu propolis, pagi & sore 1 sendok makan.
- Multi vitamine & Mineral Zinc (silakan japri kalau ingin tahu namanya) sesuai anjuran dari sahabat saya seorang dokter.
Selang beberapa saat setelah saya masuk ke ruang isolasi, istri saya diminta ke ruang perawat untuk diberikan penjelasan perihal bbrp hal terkait apa saja yang dilarang/diperbolehkan dikirim ke saya selama dirawat di ruang isolasi. Selain itu perawat minta disediakan pampeRumah Sakit untuk saya, karena pada umumnya pasien covid pd awal dirawat masih bisa beraktifitas kecil (mandi, BAB, gosok gigi, dsb), namun setelah bbrp hari dirawat tiba² pasien bisa mengalami sesak nafas hebat sehingga tidak mungkin dpt beraktifitas lagi. Untuk itu pasien harus Rumah Sakit memakai pampeRumah Sakit.
Sebetulnya saya sudah sangat terlambat ketika dibawa ke RUMAH SAKITUD, karena sudah 10 hari sejak panas pertama kali. Yang paling dikuatirkan adalah saya akan mengalami sesak napas hebat (brkl ini yang disebut sebagai masa kritis bagi pasien covid). Memang saya sempat mengalami sesak nafas, tetapi alhamdulillah sesak napasnya tidak terlalu berat. Sehingga selama dirawat tidak pernah sekalipun saya dipasangi oksigen apalagi memakai ventilator. Saya tidak tahu, apakah ini disebabkan karena kondisi ketahanan fisik saya atau karena efek dari semua yang saya konsumsi (selain obat dari RUMAH SAKIT) tersebut diatas. Yang jelas saya percaya bahwa semua itu hanya karena kehendak & kemurahan Allah SWT kepada saya.. alhamdulillah..! Allahu akbar..!
Di ruang isolasi (kira² ukuran 25 m²) diisi 2 pasien, tanpa ada tirai pembatas. Saya pernah stress berat karena 2 hari 2 malam tidak dpt tidur disebabkan pasien yang seruangan dengan saya mengalami sesak napas. Seperti orang yang stress/frustasi pasien tersebut melepas oksigen & infus yang terpasang, kemudian jalan mondar-mandir diruangan sambil terengah² dengan suara nafasnya yang keras. Setelah saya komplin atas gangguan tersebut, alhamdulillah oleh perawat saya dipindah ke kamar yang masih kosong, sendirian.. Baru kira² 5 hari kemudian ada pasien baru, dengan kondisi yang kelihatannya tidak terlalu parah. Tapi setelah 2 hari dirawat, pasien baru tersebut tiba² mengalami sesak napas hebat pdhal sdh dipasangi oksigen, sampai² si pasien ini mengerang² kesakitan dan napasnya teRumah Sakitengal² yang kemudian oleh perawat dipasangi ventilator. Astaghfirullah, saya betul² tidak tega melihatnya. Tengah malam itu juga oleh perawat saya dipindah lagi ke ruangan lain, sehingga saya tidak tahu, apakah pasien tersebut akhirnya meninggal atau tidak.
Langkah atasi covid. Setelah dirawat selama 11 hari (meskipun masih ada gejala sedikit batuk) akhirnya saya oleh pihak RUMAH SAKITUD diperbolehkan pulang, tetapi masih hRumah Sakit menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.
Oleh perawat dijelaskan bahwa isolasi mandiri ini wajib saya lakukan karena :
- Masih berpotensi menularkan virus, dan
- Untuk pemulihan kesehatan (memang kadang² masih nggliyeng).
Isolasi mandiri ini termasuk tidak boleh berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Apapun keperluan saya, termasuk makanan, minuman dlsb ditaruh di depan kamar, baru saya ambil kemudian. Sedangkan untuk komunikasi kami lakukan lewat WhatsApp video/voice call & message.
Sekitar 6 hari isolasi mandiri, Kisah survivor covid, saya mendpt kiriman video bahwa di suatu kota di China meskipun terpapar covid-19 tidak ada satupun penduduk kota tersebut yang berobat ke RUMAH SAKIT. Yang mereka lakukan adalah sgr menghirup uap air panas, agar virusnya mati. Menurut video tersebut segala macam virus akan mati pd suhu panas tertentu.
Saya baru ingat bahwa cara ini dulu juga pernah disarankan oleh seorang dokter (yang pernah menjabat sbg direktur RUMAH SAKIT Semen Gresik) kepada saya & istri saya. Menurut beliau pengobatan yang dilakukan oleh dokter untuk sakit flu hanya sebagai pereda gejala yang timbul saja. Beliau menyarankan apabila flu lebih baik lakukan terapi uap air yaitu dengan cara lubang hidung & dada secara merata kita olesi balsam gosok. Kemudian kita duduk dengan posisi menunduk diatas air panas (yang telah mendidih) lalu kita tutup punggung & kepala kita dengan handuk besar agar uap air panas secara maksimal mengenai dada & hidung. Kemudian melalui hidung kita hirup dalam² uap air panas tersebut, lalu kita keluarkan perlahan². Lakukan ini selama 5-10 menit setiap kali terapi.
Nah dari kiriman video & saran dari dokter yang dulu pernah disampaikan ke saya & istri, saya mencoba mempraktekkan sendiri terapi uap air panas ini karena gejala batuk saya sampai hari ke 6 isolasi mandiri blm juga hilang. Dalam pikiran saya pasti masih ada virus yang ada di paru² maupun saluran pernapasan saya. Sesuai petunjuk dalam video, dalam sehari mestinya dilakukan 4-5 kali terapi dengan interval 1-2 jam, tetapi yang saya lakukan hanya rutin 2 kali sehari setiap akan mandi selama kira² 5-10 menit. Air panas tersebut bisa diberi beberapa tetes minyak kayu putih (secukupnya) atau minyak kayu putihnya yang saya oleskan di lubang hidung sampai agak ke dalam (yang penting tidak sampai beRumah Sakitin²). Efek dari terapi yang saya alami adalah lendir di paru² mudah saya keluarkan berupa dahak dan dari hidung banyak keluar ingus cair serta efek beRumah Sakitin.
Barangkali berkenan, untuk yang mengalami gejala covid atau yang lagi kena flu bisa mencoba melakukan terapi (covid obat) uap air panas ini. Alhamdulillah pada hari ke 4 setelah terapi batuk saya hilang sama sekali & napas terasa lebih lega. Dan dihari ke 12 melaksanakan isolasi mandiri hari ini, saya benar² sdh sehat dan gejala yang pernah ada sdh hilang semua.
Demikian "pengalaman" saya sebagai penyintas covid-19, semoga tidak ada lagi dari keluarga, saudara, sahabat, teman atau siapapun juga mengalami sakit seperti saya.Ingatlah selalu bahwa covid ini memang nyata ada, dan bahkan makin besar jumlah korbannya. Dan untuk menghadapi epidemi yang makin meledak ini kita harus selalu mematuhi protokol kesehatan dengan terus disiplin melakukan 3 M:
- Memakai masker,
- Menjaga jarak aman, dan
- Mencuci tangan sesering mungkin.
Disamping itu, yang tidak kalah penting dilakukan Cara untuk Menghindari Virus Corona:
- Hindari kerumunan, apabila terpaksa (misalkan di tempat hajatan) cari tempat yang menyendiri dan segera meninggalkan tempat tersebut.
- Hindari ke tempat umum yang tertutup (apalagi dalam waktu yang lama), dengan sirkulasi udara yang kurang bagus, meskipun tempatnya dingin karena AC, misal: mall, ruang tunggu, antrian bank, dll
- Apabila terpaksa hRumah Sakit menunggu sebaiknya cari tempat yang terbuka
- Setelah bepergian segera lepas pakaian untuk sgr dicuci, kemudian mandi & keramas, serta ganti pakaian yang beRumah Sakitih.
- Selalu jaga asupan makanan yang bergizi agar imun kita selalu bagus,
- Rajin berolah raga secara teratur, dan
- Usahakan selalu dalam kondisi bahagia.
Kisah penderita covid yang sembuh |
Semoga kita selalu diberikan rizki sehat, dihindarkan dari segala penyakit, serta selalu bahagia bersama keluarga tercinta dan inilah kisah covid yang sembuh hari ini. Amiin.
Editor: Admin Loker
Post a Comment
Post a Comment